Senin, 10 November 2008

Dari hobi ke bisnis

Dear Linuxer,

Saya percaya bahwa jumlah pengguna mesin Linux semakin hari semakin bertambah, menggunakan Mesin Linux (lebih spesifik dibanding open source) secara umum, pada mulanya hanya hobi (paling tidak yang terjadi pada saya). Sebagai pengguna Linux, saya menggunakannya untuk mendukung pekerjaan yg tidak spesifik di bidang TI. Kemudian menularkan penggunaan Linux pada lingkungan kantor dimana saya bekerja. Selanjutnya mencoba memperkenalkan kepada kantor lain dalam satu grup perusahaan. Memperluas jangkauan kepada komunitas (asosiasi, kawan, perkumpulan dsb), tanpa terasa kini sebagian besar Lingkungan dimana saya hidup sudah menggunakan mesin Linux untuk mendukung pekerjaan mereka yg tidak ada hubungan langsung dengan TI. Sebagian sangat kecil mengeluh, kekurangan aplikasi (software) yang dibutuhkan, tapi mereka tetap setia menggunakan Linux. Sebagian besar menyatakan kepuasannya dan akan bertahan menggunakan Linux.

Salah satu keluhan paling krusial, kesulitan menemukan “support” Linux, cukup banyak kawan-kawan pengguna Linux, kebingungan bila ada gangguan pada mesin mereka. Rata-rata outlet (Tukang service, toko, dealer dsb) umum menolak atau menyatakan tidak mampu memperbaiki mesin Linux, saya harus berterima kasih pada IT person di Kantor yang selalu siap membantu siapa saja bila mesin Linux mereka mengalami gangguan. Pengguna komputer saat ini, rata-rata sangat manja, bahkan mouse pointer tidak bisa bergerak saja, mereka sudah buru-buru menelpon dan minta bantuan, tidak mudah mendidik mereka untuk sedikit mengenali alat kerja. Ini persoalan budaya dan attitude, sama sekali bukan masalah Teknis.

Belajar dari situasi ini, saya berkeyakinan bila ada generasi muda yang memiliki keberanian membuka “support center” Linux, atau apapun namanya dan dikelola secara profesional, pasarnya masih sangat terbuka. Situasi ini mirip lingkaran sarung, satu pihak menyatakan akan membuka support bila pengguna sudah banyak, sebaliknya pengguna akan menggunakan Linux, bila support sudah banyak. Dan akhirnya tak satu pihakpun memulainya.

Saya tahu cukup banyak jumlah Linux Advance namun sangat sedikit yg memikirkan untuk menjual keahliannya kepada masyarakat. Pasti ada missing Link dalam situasi ini, tapi entah dimana … kalau sudah ketemu namanya bukan Missing Link lagi khan …. :=)) . Asosiasi Open Source Indonesia A>A.O.S.I telah dilahirkan, meski tidak baik membebani terlalu banyak pada organisasi yang baru lahir ini, barangkali AOSI bisa menambah tenaga menemukan missing Link. Lagian tidak adil menyerahkan hanya pada AOSI untuk sekian banyak masalah yang tidak disebabkan AOSI, atau AOSI tidak tahu menahu duduk persoalannya. Yang terbaik barangkali, mari kita dukung AOSI dengan menciptakan situasi yang kondusif.

Saya berharap Technopreneur2 muda bidang open source akan segera meramaikan dunia, memberikan warna baru agar hidup makin hidup, agar warna makin berwarna ….

0 komentar: